12 Januari 2010

Bullying Di Sekolah Anak Anak Kita

Bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya, takut, terintimidasi, oleh tindakan seseorang baik secara verbal, fisik atau mental. Ia takut bila perilaku tersebut akan terjadi lagi, dan ia merasa tak berdaya mencegahnya. (Andrew Mellor, antibullying network, univ. of edinburgh, scotland)

Perilaku bullying di institusi pendidikan bisa terjadi oleh siswa kepada siswa, siswa kepada guru, guru kepada siswa, guru kepada guru, orang tua siswa kepada guru atau sebaliknya, dan antarcivitas akademika di institusi pendidikan/sekolah

Bullying terjadi apabila memenuhi unsur:

1.Perilaku yang menyebabkan seseorang/siswa/guru terhina,
terintimidasi, takut, terisolasi
2.Perilaku yang dilakukan berulang-ulang baik verbal, fisik, dan psikis,
yang menimbulkan powerless
3.Adanya actor yang superior dan inferior
4.Perilaku yang dilakukan berdampak negative.

Bentuk dan Modus Bullying

1.Fisik (tendangan, pukulan, jambakan, tinju, tamparan, lempar benda,
meludahi, mencubit, merusak, membotaki, mengeroyok, menelanjangi,
push up berlebihan, menjemur, mencuci WC, lari keliling lapangan yang
berlebihan/tidak mengetahui kondisi siswa, menyundut rokok, dll)
2.Verbal (mencaci maki,mengejek, memberi label/julukan jelek, mencela,
memanggil dengan nama bapaknya, mengumpat, memarahi, meledek,
mengancam, dll)
3.Psikis (pelecehan seksual, memfitnah, menyingkirkan, mengucilkan,
mendiamkan, mencibir, penghinaan, menyebarkan gosip)


Berikut ini adalah hasil diskusi Bullying di THE CENTER FOR THE BETTERMENT OF EDUCATION , SAVE THE CHILDREN, Jakarta 12 Januari 2010 , untuk ikut memberikan beberapa solusi dan rekomendasi dalam rangka mengurangi bullying di sekolah anak anak kita

Pencegahan Bullying Secara Preventif

1.Sosialisasi antibullying kepada siswa, guru, orang tua siswa, dan
segenap civitas akademika di sekolah
2.Penerapan aturan di sekolah yang mengakomodasi aspek antibullying
3.Membuat aturan antibullying yang disepakati oleh siswa, guru,
institusi sekolah dan semua civitas akademika institusi pendidikan /
sekolah
4.Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah
dan siswa, guru dan sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai
dengan prosedur pemberian sanksi
5.Membangun komunikasi dan interaksi antarcivitas akademika
6.Meminta Depdiknas memasukkan muatan kurikulum pendidikan nasional
yang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif anak/siswa agar
tidak terjadi learning difficulties
7.Pendidikan parenting agar orang tua memiliki pola asuh yang benar
8.Mendesak Depdiknas memasukkan muatan kurikulum institusi
pendidikan guru yang mengakomodasi antibullying
9.Muatan media cetak, elektronik, film, dan internet tidak memuat
bullying dan mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengawasi
siaran yang memasukkan unsur bullying
10.Perlunya kemudahan akses orang tua atau public, lembaga terkait, ke
institusi pendidikan/sekolah sebagai bentuk pengawasan untuk
pencegahan dan penyelesaian bullying atau dibentuknya pos
pengaduan bullying

Solusi Ketika Terjadi Bullying

1.Pendekatan persuasive, personal, melalui teman (peer coaching)
2.Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah
dan siswa, guru dan sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai
dengan prosedur pemberian sanksi, lebih ditekankan pada penegakan
sanksi humanis dan pengabdian kepada masyarakat (student service)
3.Dilakukan komunikasi dan interaksi antar pihak pelaku dan korban,
serta orang tua
4.Ekspose media yang memberikan penekanan munculnya efek negative
terhadap perbuatan bullying sehingga menjadi pembelajaran bagi
semua pihak agar tidak melakukan perbuatan serupa

Dhanang Sasongko
salam
--------------------

31 Januari 2009

07 Januari 2009

Metodologi Pendampingan Pada Anak Jalanan yang Berbasis Nilai

Saat ini, kebutuhan akan nilai semakin dirasakan disetiap tempat, karena banyak pendidik, orang tua, dan anak-anak khawatir akan kekerasan, masalah-masalah sosial yang makin berkembang, dan kurangnya rasa saling menghargai antar sesama manusia dan lingkungan sekitar.

Akibat tragis dari kondisi dunia pada saat ini adalah semakin meningkatnya jumlah anak jalanan. Perserikatan bangsa-bangsa memperkirakan populasi anak-anak jalanan diseluruh dunia mencapai 150 juta jiwa, anak-anak ini sebagian besar dicampakkan oleh keluarganya, ada juga yang yatim piatu dan penderita AIDS atau anak-anak dari orang tua yang tergolong ekonomi menengah kebawah atau tergolong keluarga miskin yang mengharuskan mereka untuk hidup dan bekerja dijalanan. Semakin lama, kelompok usia anak jalanan semakin muda.

Anak-anak jalanan sangat membutuhkan pendekatan pengajaran yang menggunakan pendekatan nilai. Rasa percaya dan kasih sayang, khususnya dari orang-orang dewasa, sangat jarang muncul dalam hidup mereka. Untuk dapat menjalin hubungan dengan anak jalanan, pada awalnya sangat dibutuhkan suatu hubungan atas dasar kasih sayang. Dimana dengan adanya kasih sayang dapat menumbuhkan rasa saling percaya dan dengan rasa saling percaya seringkali orang dewasalah yang mencampakkan kemudian menganiayanya dan mengintai anak-anak jalanan. Anak-anak jalanan sering kali menjadi korban yang tidak berdaya atau sebagai obyek dari kekerasan brutal, pelampiasan hasrat seks, eksploitasi seksual, ketidak acuhan, ketergantungan narkoba, dan pelanggaran hak-hak asasi manusia dan seringkali mereka dijadikan obyek.

Anak-anak jalanan memiliki rasa percaya terhadap orang lain diluar komunitas mereka yang bervariasi. Ada sebagian yang diasuh oleh orang tua dan saudara-saudara mereka yang lebih dewasa, sebelum orang tua mereka meninggal. Kebanyakan dari mereka, tidak lagi bersama orang tuanya karena orang tuanya meninggal karena AIDS atau penyakit-penyakit lainnya. bila kondisi seperti ini yang mereka alami sebelumnya ekonomi yang tidak memungkinkan untuk kelangsungan hidup. Bila kondisi seperti ini yang mereka alami sebelumnya, maka secara relatif mereka tidak akan terluka.

Ada juga anak-anak jalanan yang sudah dianaya sejak kecil dan tidak pernah mengenal kasih sayang dan asuhan orang dewasa. Anak jalanan seperti ini apabila mereka melihat seorang pendamping dijalanan yang tampaknya bersahabat pada mereka, yang mungkin akan terjadi adalah mereka akan menganggap orang tersebut berniat jahat pada mereka, misalnya pelampiasan nafsu seks atau menjual narkoba. Jarang terjadi orang dewasa memperlakukan mereka seperti layaknya manusia.

Salah satu dialog yang sedang berjalan tentang anak-anak jalanan adalah mengenai kemungkinan menampung disuatu tempat perlindungan, atau menyediakan suatu tempat penampungan atau suatu tempat lain dimana mereka bisa diberi makan, atap di atas kepala mereka, serta adanya kasih sayang. Namun demikian dibeberapa negara, anak-anak jalanan lebih memilih melarikan diri dari tempat-tempat seperti ini dan lebih memilih tetap berada dijalan, karena mereka akan lebih merasa dengan hidup dijalan mereka merasa bisa lebih aman. Mungkin hidupnya menjadi lbih sulit namun mereka bisa mandiri dan merasa adanya kebebasan. Rasa tidak percaya pada orang dewasa dansikap-sikap negatif mereka menciptakan suatu siklus interaksi negatif dan bila berada ditempat penampungan keinginan mereka untuk melarikan diri semakin tinggi. Tempat atau institusi-institusi bervariasi kwalitasnya. Dalam beberapa institusi kebanyakan anak-anak jalanan malah ada yang dianiaya. Mereka dieksploitasi fisik dan mereka tidak menerima sesuatu, sesuai dengan yang sudah menjadi hak nya.

Banyak anak-anak mulai dari berusia beberapa bulan hingga enam tahun yang didampingi oleh saudara-saudaranya yang lebih dewasa atau kakak-kakaknya. Anak anak yang lebih dewasa ini bisa sangat cemas akan tempat-tempat penampungan dan menginginkan kebebasan mereka sendiri. Ada juga yang merasa memiliki hubungan sangat dekat dengan adik-adik serta sangat sangat melindungi. Tempat penampungan bisa menjadi suatu pengalaman traumatis bagi anak-anak yang diasuh atau dilindungi oleh kakak-kakaknya. Lebih jauh lagi hal ini bisa menimbulkan keluarga yang dipimpi oleh anak paling dewasa ini menghin dari jasa-jasa pelayanan bagi anak jalanan. Oleh karena itu yang paling baik dilakukan adalah membina hubungan jangka panjang dengan seluruh anggota keluarga dengan tujuan mempersiapkan masa depan yang lebih baik bagi mereka semua.

Bagi anak-anak jalanan pendamping pertama yang mereka percayai akan menjadi takoh yang penting dalam hidup mereka, ia akan menjadi semacam pintu dari dunia yang akan mengasuh dan merawat mereka, dunia yang menyediakan makanan, mainan, kebahagiaan dan saling berbagi. Dunia dimana semua orang bebas untuk berbicara dan didengarkan serta dihargai. Di usia-usia tersebut akan agak sulit bagi mereka untuk bisa percaya pada pendamping lain, karna itu pendamping utama harus menemani dan mendampingi mereka pergi kesuatu tempatyang menyediakan kegiatan belajar yang lebih lama dan fasilitas-fasilitas yang lebih lengkap, kemudian pendamping dianjurkan untuk menyediakan waktu untuk anak-anak sekitar satu jam setiap siang atau sore hari – setidaknya sampai tiba waktunya anak-anak jalanan yang lebih dewasa telah percaya pada program yang disediakan dan mereka dengan sendirinya akan mengajak anak-anak jalanan yang lebih muda ketempat-tempat tersebut.

Sebagian anak anak jalanan bukanlah anak-anak tuna wisma, tetapi mereka bekerja untuk menghidupi keluarga mereka. Kondisi ini akan sangat menyedihkan bagi anak-anak usia tiga hingga enam tahun. Banyak dari mereka yang terancam dan harus menghadapi banyak hal yang tidak pantas bagi anak-anak.

Anak-anak mutlak membutuhkan pendidikan dan kasih sayang serta asuhan. Pendidikan adalah suatuhal. Hak asasi manusia dasar ini sangat penting bagi semua anak, pendidikan memungkinkan mereka untuk tumbuh sesuai dengan potensi yang ada dalam diri mereka, bila hak ini tidak terwujut komsekwensinya akan sangat menyedihkan bagi anak-anak dan masyarakat umum.

Dalam hubungan keluarga yang sehat, seorang anak akan mempelajari kemampuan menjalin hubungan interpersonal dan intarapersonal. Anak-anak jalanan sering kali mempelajari perilaku yang tidakhanya merusak hubungan intra personal dan intrapersonal, namun juga berpengaruh buruk pada penyesuaian diri mereka dan masyarakat yang sehat dan prodktif. Mereka belajar dari jalanan perilaku perilaku yang merusak diri sendri dan meningkatkan kemungkinan mereka merusak orang lain dengan cara yang sama.

Aktivitas-aktivitas ini ditulis untuk digunakan sebagai refrensi bagi pelaksanaan program pendampingan yang akan dilaksanakan. Bahwa kemampuan ini akan memberikan perangkat untuk melepaskan dan mengatasi rasasakit mereka sembari mengembangkan kemampuan sosial, emosional, serta adaptasi yang positip dan protektif. Bahwa kemampuan-kemampuan ini akan menghadirkan lebih banyak pengalaman positip dalam hidup mereka, dan bersama-sama kita akan menciptakan dunia penuh kasih sayang dan pendidikan bagi semua anak.

Program pendampingan ini adalah program pendidikan nilai yang komprehensif. Programinovativ pendidikan karakter umum ini menawarkan banyak sekali aktivitas-aktivitas sarat nilai dan metode-metode praktisbagi para pendamping yang memungkinkan anak-anak dan para remaja menjelajahi dan mengmbangkan duabelas nilai niversal yaitu; kedamaian, penghargaan, kerjasama, kebebasan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahan hati, cinta, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, dan persatuan.

Tujuan dan sasaran
Tujuan program ini untuk menyediakan prinsip-prinsip panduan dan perangkat yang bisa digunakan untuk membangun manusia seutuhnya, untuk menyadari bahwa dalam setiap individu dimensi fisik, intelektual, emosional, dan spiritual.

Sasaranya adalah.
Membantu individu berfikir dan merefleksikan berbagai nilai serta hasil pengekspresian nilai-nilai tersebut dalam hubungan dengan diri sendiri orang lain, masyarakat dan seluruh dunia.

Memperdalam pemahaman, motifasi, dan tanggung jawab dalam membuat dan menentukan pilihan-pilihan pribadi dan sosial yang positip.

Menginspirasi indifidu untuk memilih nilai-nilai pribadi, sosial, moral dan spiritual masing-masing dan mengenal metode-metode praktis untuk mengembangkan dan memperdalam nilai-nilai tersebut.

Materi Program
Materi-materi yang dikembangkan untuk program ini diawali Desember 2000. materi-materi ini kemudian dikembangkan sesuai permintaan pendamping yang banyak menyumbangkan ide dan aktifitas. Aktivitas-aktifitas refvleksi mendorong anak-anak untuk mencapai kreativitas serta bakat-bakat mereka pribadi. Aktivitas-aktivitas komunikasi mengajarkan anak-anak menerapkan kemampuan sosial yang damai. Aktifitas kesenian, lagu-lagu, gerakan-gerakan menginspirasi anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka samnil mengalami sendiri nilai-nilai yang sedang difokuskan. Aktifitas permainan mendorong pikiran lebih aktif bekerja dan menyenangkan; diskusi-diskusi yang mengikuti aktivitas- ini akan membantu anak-anak menjelajahi efek-efek berbagai perilaku dan sikap yang berbeda-beda. Aktivitas-aktivitas lainya menstimulasi kesadaran akan tanggung jawab pribadi dan sosial serta keadilan sosial. Perkembangan harga diri dan toleransi terus berjalan sepanjang seluruh kegiatan dan latihan. Dan para pendamping mempergunakan kemampuan mereka sendiriyang kaya sementara mengintegrasikan nilai-nilai kedalam kegiatan dan kurikulum sehari-hari.

Komponen Pelajaran Aktivitas Untuk anak Jalanan.
Beberapa pelajaran diadaptasi dari unit nilai damai, menghargai, cinta kasih dan kerja sama. Aktifitas atau kegiatan membentuk perasaan atau ide positip pada anak serta mengalami nilai-nilai, juga membangun kemampuan sosial dan emosional pribadi, kemampuan menyelesaikan masaalah, dan kemamouan solusi konflik. Aktifitas berdasar nilai digabungkan dengan beragam cara untuk menggali nilai-nilai. Berbagi, berpikir, berkreasi, dan mempelajari kemampuan sosial untuk bekerjasama digabungkan dengan bemain, seni, menyanyi, menari dan kemampuan imajinasi.

Kisah kehidupan anak jalan.
Kisah-kisah ini berfungsi sebagai medium untuk mendidik dan mendiskusikan topik-topik yang berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga, kematian, penyakit kelamin, penjual narkoba, narkoba, kekerasan seksual, kekerasan fisik, makan dengan cara yang sehat dan kebersihan. Kemiskinan, kekurangan makanan, rasa aman, seks, pengaruh narkoba, mengemis, mencuri, keinginan untuk belajar, serta rasa sayang terhadap keluarga juga dibicarakan.

Kisah-kisah itu menawarkan perspektif yang sehat.
Misalnya, anak-anak diberitahu bahwa secara alamiah nereka patut disayang dan berharga dansalah bila masyarakat mengucilkan mereka. Kisah-kisah ini memperkenalkan cara berpikir dan metode positip untuk menghadapi masalah, dan anak-anak menciptakan strategi untuk membantu diri mereka agar aman dari penjual narkoba. Isu seperti berkabung, penyakit dan kekerasan seksual kembali muncul saat mereka bergabung dengan keluarga anak jalanan.

Kisah-kisah ini dikombbinasikan secara pararel diambil dari kemungkinan kisah nyata yang mungkin dihadapi anak-anak. Diskusi memungkinkan anak-anak untuk membicarakan perasaan dan pengalaman mereka dalam medukung lingkungan yang mendukung. Perasaan mereka atas suatu kejadian yang sulit dan menyakitkan diterima sebagai reaksi normal. Bebeapa kejadian tindak lanjut memberi anak-anak untuk mengekspresikan perasaan mereka secara artistik. Beberapa kegiatan mereka memberi peluang mengmbangkan hak bersuara menentang sementara kegiatan lain membant mereka mengmbangkan kemampuan sosial untuk melindungi serta kemampuan sosial yang adaptif dan positif.

Lapisan Pertama – Pendekatan awal
Langkah pertama yang perlu diambil untuk bisa berhubungan baik dengan anak-anak jalanan adalah menciptakan hubungan yang lemah lembut dan kepercayaan. Tingkat kepercayaan anak-anak kepada orang lain bervariasi dalam suatu kontinum kepercayaandan ketidak percayaan.

Sikap
Harus dimulai dengan hubungan yang lemah lembut secara perlahan-lahan. Terdengar mudah, tetapi bagaimana kita melakukanya? Apa yang dibutuhkan ? bagaimanakah sikap kita terhadap anak jalanan ini? Apakah kita bisa mendekatimereka dengan kerelaan dan penghargaan kelembutan serta fleksibelitas, kesediaan untuk menghormati dan memandang setiap dari mereka sebagai manusia yang unik dan layak dihargai?.

Tujuan : Pemberian materi diskusi tentang dua belas nilai univeral serta aktivitas-aktivitas yang sarat akan nilai positip yang dapat membentuk dan mempengaruhi karakter mereka dalam kehidupan sehari-hari, nilai universal itu adalah kedamaian, penghargaan, kerjasama, kebebasan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahan hati, cinta, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, dan persatuan. Selain itu juga diberikan keterampilan ringan yang dapat menunjang kreatifitas anak jalanan.

Tempat yang konsisten
Cobalah mendirikan tempat untuk berkumpul’ disuatu jalan atau taman tertentu tempat anak anak biasanya berkumpul. Atau kalau ada disuatu pojok di tempat terbuka yang bisa didatangi anak-anak seringlah berada disana, atau mungkin dua jam setiap pagi. `tempat berkumpul anda tentunya akan menarik perhatian anak-anak jalanan dari setiap kelompok umur. Anak-anak jalanan biasanya akan mendekati orang-orang dewasa yang berada didekat mereka mereka mungkin meminta makanan, atau bertanya ataukah orang dewasa itu menjual narkoba. Pertanyaan-pertanyaan biasanya akan terus berdatanganbila dijawab dengan bersahabat.

Lapisan pelayanan pertama tidak perlu hingga beberapa bulan disatu area lokal, bila anak-anak jalanan usia enam tahun lebih diarea tersebut sudah mengenallapisan pertama dan lapisan kedua dari pelayanan dan disa melihat keuntunganyabagi anak-anak yang lebih kecil dan bagi diri mereka sendiri, maka mereka dapat menceritakan pada anak-anak lain dan mengajaknya ketempat tersebut. Dengan demikian, diharapkan akan ada pelayanan bagi setiap anak jalanan dari setiap kelompok umur. Bila anak jalanan dikelompok tertentu sudah mulai menerima pelayanan maka ‘tempat berkumpul’ lapisan pertama bisa dibuka diarea lain yang berdekatan supaya bisa melayani anak-anak lainya.

Aktivitas dan permainan sederhana
Anak-anak kecil penuh dengan keingintahuan. Bawalah buku, catatan dan alat-alat gambar yang cukup banyak. Anak-anak yang berusia enam tahun lebih biasanya ingin beraktivitas bersama orang yang lebih dewasa yang bersahabat dan perhatian pada mereka, yang menunjukan minta dan bisa menciptakan rasa aman pada mereka. Namun bagian ini menjelaskan beberapa aktivitas dan permainan sederhana untuk anak-anak usia enam tahun kebawah.

Melipat kertas menjadi mainan
Lipatlah kertas kertas menjadi mainan-mainan, seperti membuat pesawat kertas yang sederhana denagan sekali kali mendongeng dan melihat kearah mereka sambil tersenyum. Mungkin kita bisa membawa beberapa kertas untuk mereka agar mereka juga dapat ikut serta.

Coretan-coretan lambat.
Duduk dan mualailah mewarnai, pusatkan perhatian pada kertas dan mulai menarik garis naik turun, membuat lingkaran-lingkaran,. Bila anak atau beberapa anak mendekat, berikanlah berikanlah alat gambar dan tunjukan selembar kertas yang ada dan letakan dekat mereka, bila anak takut janganlah melihatnya dan tetttaplah menggambarlingkaran perlahan-lahan.Bila anak tidak tampak takut,ajaklah mereka mengikuti apa yang anda gambar sambil anda tetap bergerak.kemudian, mintalah mereka untuk mulai menggambar dan anda akan mengikuti mereka. Bermainlah dengan cara yang sederhana seperti ini, tetaplah lemah lembut.Anak-anak ingin bergantian mengikuti dan diikuti.anda bisa mencoba menggambar dengan kecepatan yang berbeda-beda dan kadang-kadang membuat garis naik yang berlahan atau membuat garis mendatar yang cepat. Hal ini bisa dilakukan sesuai perkembangan anak-anak usia tiga dan empat tahun.

Tembak ganbar
Seiring dengan anak-anak yang mulai percaya pada gerakan-garakan lambat anda, mulailah menambah warna lain pada gambar anda. Sambil tetap mereka perhatikan, potonglah gambar anda menjadi beberapa bagian sehingga menjadi tebakan gambar yang bisa digabungkan kembali. Tunjukkanlah bagaimana menyusun kembali gambar-ganbar tersebut, meletakkan potongan-potongan tersebut diatas potongan lainnya diwaktu yang bersamaan. Tanpa berkata apa-apa, tawarkan mereka untuk mencoba melakukannya. Tepuk tangan anda perlahan dan tanpa suara bila mereka bisa melakukannya dengan baik.

Bermainlah dengan tebak gambar ini. Anda bisa menggambar pohon atau bunga dan memotong gambar bunga tersebut. Buatlah tingkat kesulitan yang berfariasi, tetapi anak-anak tetap harus bisa menyelesaikannya dan cukup mudah bagi mereka. Bila anak-anak yang ada tampak sangat mudah, potonglah gambar-gambar anda hanya menjadi tiga bagian. Kemudian dipotong menjadi empat bagian dan kemudian lima bagian, bila mereka sudah berhasil beberapa kali.

Bermain denagan boneka
Saat anak-anak sudah mulai merasa nyaman dengan anda, anda sudah bisa mulai bergerak lebih cepat. Anak-anak ingin orang dewasa untuk bermain dan bersenang-senang ketika sudah mulai tumbuh rasa percaya bawalah boneka dan sebuah topi yang lucu. Gunakan boneka itu untuk bicara dengan anak-anak usia dua hingga enam tahun. Jadilah diri anda sendiri dan nikmatilah hubungan yang anda bina dengan anak-anak.

Lagu-lagu, sajak-sajak, dan permainan-permainan dari budaya anak-anak setempat.
Mainkanlah permainan anak-anak yang sederhana dari budaya setempat. Ajaklah mereka mengenal dan mengucapkan sajak-sajak. Nyanyikanlah lagu-lagu yang sederhana.

Jawablah pertanyaan mereka.
Tanya dan ingatlah nama mereka selalu. Dengarkan dengan seksama setiap pertanyaan merekadan jawablah sesuai dengan usia mereka yang bertanya. Bila mereka bertanya apa yang anda lakukan, jawablah anda seorang guru dan anda mengajar di suatu sekolah untuk anak-anak jalanan. Anda bisa juga mengatakan perasaan anda, yaitu bahwa anda merasa anak-anak juga memiliki hak. Mereka mem8iliki hak untuk mendapat pendidikan, makanan, bermain, dan kebersihan. Jelaskan pada mereka bahwa sekolah anda hanya untuk berlangsung beberapa jam setiap harinya.

Bukalah pintu menuju “sekolah aman untuk anan-anak jalanan”
Sesi-sesi di jalanan ditujukan untuk menyediakan sarana pertemuan dengan anak-anak jalanan, untuk memulai hubungan dengan keercayaan, dan untuk memperkenalkan mereka kepada sekolah yang aman untuk anak-anak jalanan. Tujuan lebih jauh adalah para pendidik memperkenalkan pada anak-anak suatu tempat yang menyediakan pelajaran-pelajaran harian yang lebih lama makanan, dan fasilitas untuk membersihkan diri. (diharapka, pada ahirnya akan bisa dibengun tempat-tempat terpisah yang menyediakan hal-hal tersebut diatas, termasuk fasilitas untuk membersihkan diri. Bila tidak, para pendidik bisa memilih untuk tetap meneruskan pelajaran pada waktu yang konsisten pada waktu yang kunsisten di taman atau pojokan pasar.

Bagi anak-anak jalanan, pendamping yang mereka pertama percayai akan menjadi tokoh yang sangat penting bagi mereka. Ia akan menjadi semacam pintu menuju dunia dimana semua orang bebas untuk berbicara, didengggar dan dihargai. Diusia-usia tersebut akan sulit bagi mereka untuk bisa mulai percaya pada pendamping lain. Oleh karena itu pendamping pertama harus menemani dan mendampingai mereka pergi kesuatu tempat yang menyediakan yang lebih lama dan fasilitas-fasilitas yang lebih lengkap kemudian, pendamping menyediakan waktu satu jam setiap pagi disuatu tempat tertentu dan kemudian bertemu pada tempat-tempat yang lebih permanendi siang atau sore hari.

Sikap – menciptakan suasana berdasarkan nilai.
Bangun dan jagalah hubungan yang penuh kasih sayang dan biarkanlah kepercayaan tumbuh secara berlahan-lahan. Terdengar mudah namun hal ini membutuhkan banyak kemampuandan kwalitas-kwalitas penting pada diri seseorang.

Selama berlatih pendamping diminta untuk membayang kan dirinya menjadi anak-anak yang memberikan pendapat pada orng tua bagaimana seharusnya memperlakukan anak-anak yang memberikan pendapat pada orangtua bagaimana seharusnya memperlakukan anak-anak jawaban-jawaban yang diberikan setiap kelompok diseluruh dunia kira-kira seperti ini :

Dengarkan aku bermainlah dengan aku, peluklah aku sayangilah aku, sediakanlah waktu untukku, lakukanlah apa yang engkau minta aku lakukan, berikanlah aku peraturan-peraturan yang jelas, jangan terus memberi tahu aku apa yang harus aku lakukan, jujurlah padaku, biarkan aku menjadi bebas, membacalah untukku, cintailah aku.

Disesi lain, para pendamping diminta untuk menuliskan bebrapa praktek-prrraktek pelajaran yang terbaik, kemudian mereka akan mencoba melihat dari kacamata nilai. Sikap-sikap dan kemampuan apa yang akan membantu anak-anak akan merasa dicintai, dihargai dan dihormati, dipahami dan aman? Progaram ini menunjukan bahwa ketika anak-anak merasa dicintai, dihormati, dihargai, dipahami dan aman, memreka akan terbantu untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka, karena bila nilai-nilai tersebut terkandung dalam pikiran, akanlebih mudah menciptakan suasana yang berdasarkan nilai. Misalnya tetap berusaha sabar, menghargai dan memberikan kasih sayang dalam pikiran kita akan lebih bergunabila saya berhadapan dengaan anak-anak dan orang dewasa.


Anak-anak jalanan bisa menjadi amat sulit karena dalam pikiran anak-anjak yang teraniaya terkadang timbul, untuk dapat melukai orang lain. Beberapa dari mereka telah menjadi dewasa sebelumjauh melebihi usianya dan mengungkapkan tingkat kemarahan dan ketidak percayaan yang sangat mendalam, yang lainya berusaha melukai hati dan menguji batas kesabaran kita karena ada bebrapa tingkat kemampuan mereka yang ternyata jauh dibawah harapan kita dari seorang anak dalam suatu kondisi normal. Meskipun demikian, sama seperti anak-anak lainya, hubungan yang baik adalah “dasar kerjayang berhasil dengan anak-anak jalanan.hubungan yang penuh perhatian, hangat dan positip membantu anak-anak membangun harga diri mereka. Banyak diantara dari mereka menilai bahea diri mereka negatif. Bila anak-anak merasakan bagaimana orang lain disekitar mereka memperhatikan mereka dengan tulus, mereka bisa mulai memperhatikan diri mereka sendiri”.


Keterampilan-keterampilan untuk menciptakan suasana yang berdasarkan nilai.
Dalm program ini, ada satu bagian yang membicarakan mengenai “keterampilan untuk menciptakan suasana yang berdasarkan nilai”. Keterampilan-keterampilan ini disarankan untuk menciptakan sekolah yang aman bagi anak-anak jalanan. Ketrampilan-keterampilan ini termasuk:

1. Membangaun dan mendorong tingkah laku yang positif.
2. Pengakuan dan mendengarkan aktif.
3. Penyelesaian masalah.
4. Disiplin yang berdasarkan nilai- membuat peraturan bersama, waktu-waktu untuk bersenang-senang atau untuk berpikir dan suatu tempat yang damai untuk anak-anak kecil.

Meskipun demikian, sikap kitalah yang penting diperhatikan bila kita berhubungan dengan anak-anak yang cemas dengan keberadaan kita. Mereka akan bereaksi positip terhadap ketertarikan, kelemah lembutan, fleksibilitas, serta kesediaan untuk menghormati mereka dan memandang setiap dari mereka sebagai individu yang unik dan berharga.

Pengakuan dan penerimaan respon.
Penerrimaan respon dan pengakuanrespon-respon dari anak-anak merupakan komponen-komponen penting diskusi. Para pendidik akan tertantang dengan anak-anak yang memiliki jawaban ”benar “ atau salah di kelas. Pemahaman jawaban benar atau salah yang terkandung dalam jawaban-jawaban soal matematika dan ilmu-ilmu ilmiah, namun perasaan emosi seorang anak mengenai suatu konsepadalah miliknya sendiri. Tunjukan penghargaan anda dengan hanya mengangguk sudah cukup tetapi respon verbal yang menunjukan pengakuan akan jawaban anak-anak dan mengucapkan kembali pesan yang ia sampaikan adalah metode yang lebih evektif untuk menunjukan penghargaan.

Penerimaan dan empati terhadap respon-respon anak-anak ketika ia membicarakan masalah emosi merupakan bagian yang sangat penting dalam penyembuhan. Bila seorang yang lebih tua mauoun muda, dipahami dan perasaanya dihargai oleh orang lain, ia akan bisa meneria dirinya terluka, maka untuk mempercayai orang lain menjadi menyakitkan. Mendengarkan aktif adalah perangkat yang sangat berguna untuk menunjukan pengakuan dan menghormati orang lain. Perangkat mendengarkan dan reflektif ini adalah bagian penting dalam proram ini, dan merupakan bagian inti untuk dapat merealisasikan seluruh program.

Pemberitahuan sebelum penggantian tugas.
Seringkali anak-anak yang trauma mengalami kesulitan berganti-ganti tugas. Beritahukan mereka sebelum terjadi penggantian tugas, seperti “lima menit lagi, kita harus menyelesaikan....lalu kita akan melanjutkan ke....” atau dalam “dua menit, kita akan membereskan mainan-mainan inikemudian, “baiklah, sekarang kita semua akan bersama-sama membereskan mainan-mainan ini.”

Respon-respon motorik yang perlahan dan menggunakan kata “aman”.
Sering-seringlah menggunakan rasa “aman” dengan anak-anak yang trauma, bila anak pada usia tiga sampai lima tahun sedang dalam keadaan/kondisi yang sangat cemas atau ketakutan dan tidakmengenal kita, gunakanlah respon-respon motorik yang perlahan dan tidak terlalu banyak atau bahkan tidak dengan bicara sama sekali. Misalnya “kamu takut” . disini “aman “ kemudian berikanlah boneka dengan mengulurkan tangan anda, tanpa anda mendekat padanya. Atau, “selamat datang ditempat yang aman”, dan nyalakanlah musik. Duduklah dimeja dan mulailah menggambar atau bermain main dengan tanah liat secara perlahan-lahan. Konsentrasilah pada apa yang sedang anda kerjakan tetapi sesekali pandanglah anak itu dengan pandangan yang bersahabat.

Bagi anak-anak jalanan yang pertttama mereka percayai akan menjadi tokoh yang sangat penting dalam hidup mereka. Ia akan menjadi semacam pintu menuju dunia yang mengasuh dan merawat mereka, dunia yang menyediakan makanan, mainan, kebahagiaan, dan saling berbagi, duniadimana semua orng bebas untuk berbicara, didengarkan dan dihargaidi usiausia tersebut akan agak sulit bagi mereka untuk bisa langsung percaya pada pendamping lain, oleh karena itu pendamping pertama harus senan tiasa mendampingidan menemani mereka pergi kesuatu tempatyang menyediakan tempat dan kegiatan belajar yang lebih lama dan fasilitas-fasilitas yang lebih lengkap, kemudian, pendamping dianjurkan untuk menyediakan waktu untuk anak – anak selama satu jam setiap pagi di suatu tempat tertentu daaan kemudian kembali bertemu di tempat-tempat yanglebih permanen di siang atau sore hari.

Ciptakan sekolah yang aman untuk anak-anak jalanan.
Mulailah dari sikap yang mencerminkan suasana berdasarkan nilai. Bangun dan jagalah skap yang penuh kasih sayang dan biarkan kepercayaan tumbuh perlahan, hal itu mungkin terdengar mudah namun hal ini membutuhkan banyak kemampuan dan kwalitas penting dalam diri seseorang.


[edy wahyu kurniawan]


03 Januari 2009

26 Desember 2008

Salah Satu Bentuk Rasa Sayang Tuhan Adalah Ketika Kita Diberi Kesulitan

Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu.Suatu hari lubang kecil muncul. Dia duduk dan mengamati beberapa jam kupu-kupu itu ketika berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi.

Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya, dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayapnya mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin akan berkembang dalam waktu . Semuanya tak akan pernah terjadi.

Kenyataanya kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak disekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu kedalam sayap-sayapnya sedemikian rupa, sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Kadang-kadang perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu akan melumpuhkan kita. Kita tidak sekuat yang semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.

Saya memohon kekuatan.......Dan Tuhan memberi saya kesulitan-kesulitan.

Saya memohon kebajikan....... Dan Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan.

Saya memohon kemakmuran...... Dan Tuhan memberi saya otak dan tenaga untuk bekerja.

Saya memohon keteguhan hati.....Dan Tuhan memberi bahaya untuk diatasi.

Saya memohon cinta....Dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.

Saya meminta kemurahan/kebaikan hati....Dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan.

Saya tidak memperoleh yang saya inginkan.... saya mendapat apa yang saya butuhkan.

23 Desember 2008

Perlindungan Perempuan VS Tuntutan Perempuan Dalam Rumah Tangga

Masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), akan membawa kita pada gambaran istri yang teraniaya akibat perbuatan sang suami yang semena-mena dan berujung pada penerlantaran, sehingga masalah ini tercakup sebagai salah satu bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan, bahkan sebagian kalangan menganggap permasalahan ini menjadi salah satu fenomena pelanggaran HAM pendapat ini sesuai dengan Pasal 1 Deklarasi Penghapusan Segala Bentuk kekerasan Terhadap Perempuan Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1993.

Namun bila kita telusuri kembali sebab terjadinya konflik dalam rumah tangga, tidak semuanya benar bahwa permasalahan yang timbul selalu di awali oleh suami atau kaum laki-laki, tidak jarang pihak istri justru menjadi pemicu terjadinya konflik.

Di negara berkembang seperti di Indonesia kondisi sosial yang tidak seimbang cukup bisa memicu terjadinya konflik dalam rumah tangga, hal itu banyak di pengaruhi oleh kondisi sosial yang tidak menentu dan pengaruh modernisasi yang terus maju. Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari seperti sandang, papan dan pangan tidak lagi menjadi kebutuhan utama, tetapi yang mulanya hanyalah kebutuhan tambahan seperti pemenuhan kebutuhan terhadap akses dan hasil/ produk teknologi lainya tidak jarang dimasukan kedalam kebutuhan primer yang pada akhirnya mengkonstursi pemikiran masyarakat menjadi masyarakat konsumerisme sekaligus menjadi paradigma yang sulit untuk dihindarkan.

Pemahaman paradigma seperti ini berimplikasi pada tuntutan pemenuhan kebutuhan dalam rumah tangga yang relatif tinggi, sampai-sampai sirkulasi pendapatan dan pengeluaran dalam rumah tangga tidak lagi seimbang, peristiwa seperti ini akan berdampak pada kondisi psikhis dari masing-masing komponen dalam rumah tangga. Suami sebagai kepala rumah tangga akan merasa sangat bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan rumah tangganya, tetapi permasalahanya tidak semua suami dapat memenuhi semua kebutuhan itu karena berbagai macam faktor, salah satu faktor yang paling dominan adalah keterbatasan suami dalam mencari nafkah. Terkadang keterbatasan seperti ini kurang bisa dipahami oleh pihak istri, sehingga konflik dalam rumah tangga akan muncul dan tidak jarang berakhir dengan kekerasan fisik yang lebih dominan dilakukan oleh suami atau kaum laki-laki.

Pemahaman masyarakat pada umumnya sesuatu yang identik dengan kekerasan fisik, penganiayaan yang menimbulkan rasa sakit, merupakan bentuk pelanggaran (KDRT), tetapi batasan dan bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga tidak hanya sebatas itu, melainkan juga meliputi kekerasan Psikis yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak serta menimbulkan rasa tidak berdaya, kekerasan Seksual yaitu setiap perbuatan berupa pemaksaan hubungan seksual. Pertanyaanya apakah sikap istri yang terlalu menuntut suami dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangganya bisa dikategorikan pelanggaran KDRT?

Sebenarnya permasalahan KDRT ini telah mendapat perhatian dari pemerintah dengan telah diterbitkanya UU PKDRT pada Tahun 2004, namun dalam pelaksanaanya masih banyak mengalami kendala dan kurang maksimal, hal ini lebih disebabkan kurang maksimalnya proses sosialisasi dan penanganannya, UU PKDRT masih tergolong baru dan masih banyak sisi lemahnya khususnya dalam proses hukum acaranya, KDRT dalam proses hukumnya bersifat delik aduan jadi laporan KDRT dapat dicabut kembali oleh korban sehingga jarang sekali kasus KDRT yang selesai sampai putusan pengadilan, kenyataan seperti ini diperparah dengan sikap komunitas yang cenderung mengabaikan persoalan KDRT, karena terdapat keyakinan bahwa permasalahan rumah tangga adalah urusan internal dan akan menjadi aib ketika permasalahan itu terpublikasikan diranah publik.

Melihat fenomena semacam ini seharusnya pemerintah juga harus ikut bertanggung jawab, tidak hanya menciptakan suatu UU PKDRT, tetapi juga harus bertanggung jawab memberikan pemahaman dan sosialisasi secara intensif kepada seluruh komponen dalam masyarakat bahkan pada masyarakat yang kultur sosialnya paling bawah sekalipun. Selain peran pemerintah peran aktif organisasi kultural swadaya masyarakat seperti (NGO) dan (LSM) juga sangat dibutuhkan, karena organisasi-organisasi tersebut cenderung lebih bisa memahami kultur dan psikologis masyarakat pada umumnya.

Sebagai mahluk sosial tentunya kita tidak akan dapat menghindar dari suatu permasalahan, apalagi dalam menjalani hidup berumah tangga, permasalahan bisa datang sewaktu-waktu dan tak terduga, untuk meminimalisir konflik perlu adanya keseimbangan dengan jalan bisa saling memahami satu sama lain melalui mediasi komunikasi secara intensif, jadi tidak hanya sekedar mencari siapa yang bersalah telah melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga melainkan bagaimana menjalani kehidupan berumah tangga dengan damai dan penuh keseimbangan.

Oleh: {Edy Wahyu Kurniawan}